Categories
Islam

Mengagumi Arsitektur Masjid Agung Demak

Masjid agung Demak dapat dikatakan sebagai salah satu bukti jejak sejarah tumbuhnya islam di tanah jawa. Berdiri sejak abad ke 15 dan hingga kini masih kokoh. Aroma akulturasi antara budaya dan Religi terasa sangat kental. Tak heran jika masjid ini sampai sekarang masih menjadi salah satu ‘jujukan’ para wisatawan.

Setidaknya ada budaya Bali, Melayu hingga Tionghoa dalam satu bangunan masjid yang megah ini. Secara kasat mata, bangunan ini lebih menyerupai cagar budaya. Namun, jika dilihat dari sejarahnya tetap memiliki nilai islami yang amat kental.

Akulturasi Budaya Pada Atap Berundak Tiga

Masjid agung Demak berdiri sejak abad ke 15.  Masjid dengan arsitektur yang luar biasa ini dibangun oleh Raden Patah dan Walisongo kala itu. Jika di runut ke belakang, masjid ini termasuk dalam kategori masjid tertua di Tanah Jawa.

Konon, dulu pintu masjid ini terbuat dengan kayu jati yang terdapat ukiran kepala naga di permukaannya. Di sebut dengan Pintu bledheg sebagai symbol penolak petir atau bledheg dalam bahasa jawa. Sayangnya, kini pintu ini sudah disimpan dalam museum.

Adanya akulturasi antara agama islam dan hindu sangat jelas tampak dari bentuk atapnya. Jika umumnya masjid memiliki kubah di atapnya, masjid agung Demak ini memiliki atap dengan model berundak tiga. Hampir menyerupai atap pada bangunan Pura.

Undakan berjumlah 3 ini mengacu pada akidah agama islam. Yaitu iman, islam dan ihsan. Selain itu bentuk atap berundak ini juga bisa dikaitkan dengan akulturasi budaya antara Bali dan Melayu. Budaya Bali tetap terasa dari bentuk undakannya. Sedangkan budaya melayu dapat dilihat dari bagian Mahkota yang tertulis lafadz asma Allah.

Situs Kolam Wudhu

Jika mampir sholat di masjid agung Demak jangan lupa untuk melihat kolam wudhu nya. Hingga kini area ini dikenal dengan situs kolam wudhu. Disebut demikan karena memang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Sehingga sampai sekarang keberadaannya masih dipertahankan.

Kolam wudhu ini dulunya adalah tempat wudhu para santri Raden Patah. Hingga kemudian, diceritakan para wali juga seringkali berkumpul di situs sejarah ini.

Hingga kini tempat ini masih terawat dengan apik. Dengan luas 10×25 meter. Keberadaannya dianggap istimewa. Karena merupakan peninggalan para leluhur dan wali.

Pengaruh Budaya Tionghoa pada Masjid Agung Demak

Melihat masjid Agung Demak dari luar sungguh berbeda dari masjid pada umumnya. Bangunan yang nampak megah amat sarat dengan garis budaya. Tak heran, jika masjid ini banyak dikunjungi oleh wisatawan yang datang dari berbagai daerah.

Terletak di jantung kabupaten Demak, membuatnya mudah untuk dicapai. Bahkan di jadikan acuan. Salah satu yang menjadi ciri khas nya selain bentuk atap dan pintunya adalah beberapa ornament uniknya.

Salah satu diantara beberapa ornament yang menggelitik mata setiap pengunjung adalah patung kura-kura. Tak banyak masjid yang memiliki ornament kura-kura semacam ini.

Konon, ornament ini adalah hasil akulturasi budaya Tionghoa. Banyak yang tak memperhatikan. Sebetulnya apa makna dibalik patung hewan kura-kura ini?

Ternyata patung kura-kura yang terdapat pada masjid ini menunjukkan tahun pembangunnya. Yaitu pada 1401 saka. Kura-kura memang bukan hewan yang umum digunakan oleh budaya jawa maupun hindu. Namun, sangat banyak digunakan oleh budaya Tionghoa. Selain itu, budaya tiong hoa juga sangat terasa dengan adanya hiasan dinding berupa piring porselin.

Tiang saka atau soko guru juga sebagai wujud pengaruh kebudayaan Tionghoa. Konon tiang yang terbuat dari kayu ini merujuk pada teknik pembangunan kapal pada dinasti Ming. Tiap bangunan saka tatal ini terdiri dari kepingan kayu yang ditata secara sistematis. Berbeda dengan budaya Hindu maupun Budha.

Tak hanya kental akan budaya dan sejarah. Kemajuan teknologi juga turut menghiasi masjid agung Demak ini. Jam  digital masjid ada untuk mengingatkan waktu para pengunjung. Keberadaannya sangat bermanfaat. Terutama bagi para pengunjung yang memang sengaja menyisihkan waktunya untuk berwisata religi. Karena sangat jelas dan mudah dilihat.

Setiap tempat ibadah memiliki kisahnya sendiri-sendiri. Ada pesan yang ingin disampaikan melalui arsitektur bangunan yang ditampilkan. Sejarah dan perjuangan dibaliknya seolah enggan dilupakan.  Itulah mengapa setiap memasuki masjid yang sarat akan makna sejarah akan memberikan atmosfer yang berbeda.

Masjid agung Demak menjadi salah satu masjid bersejarah di Indonesia. Jika datang ke Demak tanpa singgah ke sana  rasanya kurang afdol. Dan yang sudah pernah kesana pasti ingin kembali. Karena setiap detil arsitekturnya sungguh mengagumkan. Memanjakan mata, menyejukkan hati.